Analisa Sosial
- Pengertian Ansos
(Fungsi, Posisi, dan Mengapa?)
- Teori-Teori Ansos
- Langkah-Langkah Ansos
- Ruang Lingkup Ansos
A. Pengertian Ansos
Analisa sosial adalah
suatu usaha menganalisa bagaimana keadaan sosial hari ini berupa pencarian data
atas realitas secara objektif.
Ansos berfungsi untuk memperoleh
data, serta mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi,
politik, agama, budaya dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan
bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial. Dengan
mempelajari institusi-institusi itu, kita akan mampu melihat satu masalah
sosial yang ada dalam konteknya yang lebih luas. Dan kalau kita berhasil
melihat suatu masalah sosial yang hendak kita pecahkan dalam konteks yang lebih
luas, maka kita pun dapat menentukan aksi yang lebih tepat yang diharapkan
dapat menyembuhkan sebab masalah tersebut. Selain itu, Analisa
sosial menyelidiki sebab historisitas atau struktur yang mempengaruhi dan
akibat dari historisitas.
Sebagai agen perubahan dan
kontrol sosial, mahasiswa tentunya tidak tinggal diam. Mau tidak mau mahasiswa
harus terlibat dalam proses analisa sosial. Mahasiswa, dengan ikrarnya dalam tri
dharma perguruan tinggi secara tidak langsung mengemban tugas-tugas yang
termaktub di dalamnya yakni tugas pembelajaran, penelitian, dan pengabdian. Di
samping itu, mahasiswa juga mengemban tanggungjawab moral, sosial, dan
intelektual. Oleh karena itu, analisa sosial menjadi penting dan tepat dilakukan
oleh mahasiswa.
B. Teori-Teori Analisa Sosial
Dalam melakukan analisa
sosial diperlukan suatu teori untuk melakukan pendekatan terhadap fenomena
sosial yang dikaji. Adapun teori-teori yang sering diguakan dalam analisa
sosial adalah teori struktural fungsional (baca: konsensus) dan teori konflik.
Asal-usul perdebatan
konsensus – konflik mulai tahun 1960-an. Perdebatan ini muncul sebagai reaksi
terhadap apa yang dipandang para sosiolog sebagai perlakuan berlebihan Talcott
Parson (1961) atas peranan konsensus nilai dalam sistem sosial. Teorinya
menanggapi masyarakat sebagai satuan yang terorganisasi di seputar suatu sistem
nilai yang dipertahanakan.
Isu konsensus – konflik
berkaitan dengan peran yang dimainkan dalam mewujudkan ketertiban sosial. Dua
jalur pemikirannya memberikan representasi yang berbeda mengenai masyarakat.
Namun demikian, keduanya memiliki kesamaan. Teori konsensus – konflik adalah
teori level makro yang mana pusat perhatiannya adalah struktur skala besar dan
institusi sosial. Selain itu, teori konsensus – konflik berada dalam paradigma
sosiologi yang sama, yaitu paradigma “fakta sosial”.
1. Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional ini disebut juga sebagai
teori konsensus. Tokoh-tokoh teori ini diantaranya adalah Plato, Auguste Comte,
Emile Durkheim dan Talcott Parsons. Sedangkan tokoh utama dalam teori
struktural fungsional adalah Talcott Parsons (1961). Parsons secara khusus
mengkonsepsikan sistem sosial yang memiliki bersama nilai-nilai, norma-norma,
keyakinan-keyakinan, dan bahasa. Parsons juga mengkaji hubungan antar
faktor-faktor tersebut secara sistematis.
Secara garis besar, teori Struktural Fungsional menganggap
masyarakat senantiasa berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara
keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi
sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh
sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun.
Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan.
Pemikiran-pemikiran teori struktural fungsional:
-
Nilai dan norma merupakan
sesuatu yang fundamental bagi masyarakat.
-
Fokus pada tatanan yang
didasarkan atas persetujuan/kesepakatan.
-
Perubahan sosial terjadi
secara pelan dan teratur.
-
Masyarakat berada dalam
kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan.
-
Setiap institusi
memberikan dukungan terhadap stabilitas.
-
Anggota masyarakat terikat
secara informal oleh norma-norma, nilai-nilai dan moralitas umum
2. Teori Konflik
Teori ini merupakan pertentangan secara langsung terhadap
Teori Struktural Fungsional. Tokoh-tokoh teori konflik adalah Aristoteles, Karl
Marx, George Simmel, dan Ralp Dahrendorf. Penggagas teori ini menaruh minat
lebih besar pada perbenturan kepentingan dari pada konsensus nilai-nilai.
Konsensus dipandang sebagai ilusi.
Konsep utama teori ini adalah wewenang dan posisi. Inti
tesisnya berbunyi: Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali
menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan
wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat.
Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan
posisi bawah dalam setiap struktur. Karena wewenang itu adalah sah, maka setiap
individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan terkena sanksi.
Dengan demikian masyarakat disebut sebagai persekutuan yang terkoordinasi
secara paksa (imperatively coordinated associations).
Pemikiran-pemikiran teori konflik:
-
Menegaskan dominasi
beberapa kelompok sosial tertentu atas kelompok sosial yang lain.
-
Tatanan yang didasarkan atas
manipulasi dan kontrol kelompok dominan.
-
Perubahan sosial terjadi
secara cepat dan tidak teratur, ketika kelompok subordinat menggeser kelompok
dominan.
C. Langkah-Langkah Analisa Sosial
- Memilih
dan menentukan sasaran analisis
Dalam
menentukan permasalahan mana yang akan dianalisis maka harus berdasarkan pada
pertimbangan rasional, yang artinya bahwa realitas yang akan dianalisis
merupakan masalah yang memiliki dampak sosial dan tentunya sesuai dengan
visi/misi organisasi.
- Mengumpulkan
fakta dan data.
Untuk
dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data – data/
infiormasi penunjang yang lengkap dan relevan. Baik berupa dokumen dari media
massa, kegiatan observasi ataupun investigasi langsung kelapangan. Dalam hal
ini keakuratan data harus benar – benar dipastikan karena berkaitan dengan
validitas data yang nantinya akan menjadi patokan dalam melakukan tindakan
selanjutnya.
- Mengelompokkan
fakta dan data tersebut secara sistematis
ke dalam kolom-kolom. Misalnya tiga kolom bidang kehidupan masyarakat,
yaitu politik, ekonomi dan sosio-budaya.
- Fakta
dan data dalam
masing-masing kolom itu dirangkum secara sistematis per kolom ke
dalam kira-kira 10 rumusan pokok secara singkat, mengena dan padat yang
mengungkapkan suatu masalah, hubungan sebab akibat, dan lain sebagainya.
- Memberikan
bobot terhadap rumusan-rumusan pokok di dalam masing-masing kolom tersebut menurut mendesaknya (masalah
besar) dan/atau pentingnya (faktor strategis) kenyataan yang diungkapkan
oleh tiap-tiap rumusan.
- Analisis mengapa keadaan itu demikian? Apa latar
belakangnya? Dalam hal ini bisa dilakukan dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pemecahan masalah. Analisis didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).
S dan W
O dan T
|
STRENGTH (S)
Tentukan 5 – 10 faktor-faktor kekuatan internal
|
WEAKNESS (W)
Tentukan 5 – 10 faktor-faktor kelemahan internal
|
OPPORTUNITY (O)
Tentukan 5 – 10 faktor-faktor peluang eksternal
|
STRATEGI SO
Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
|
STRATEGI WO
Ciptakan
strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
|
THREAT (T)
Tentukan 5 – 10 faktor-faktor ancaman eksternal
|
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
|
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
|
Gambar Matrik SWOT
- Terhadap
bahan yang sudah disiapkan ini perlu dikemukakan pertanyaan
terus-menerus: Mengapa semua itu demikian? Apa sebab-musababnya yang lebih
mendalam? Dengan perkataan lain, perlu membongkar struktur-struktur dalam
(vertical analysis).
- Mencari
kesamaan dan perbedaan antara
hubungan-hubungan dalam itu (cross analysis) dengan membandingkan
hasil analisis vertikal masing-masing kolom. Sehubungan dengan itu bisa
ditanyakan antara lain: Manakah ciri-ciri khas yang sama di semua bidang
hidup masyarakat? Apakah yang akhirnya memapankan masyarakat seluruhnya
itu? Adakah salah satu bidang atau segi yang sangat dominan? Segi
historis: bagaimana semua itu terjadi? Masa depannya?
- Meninjau
dimensi historis dari semua hasil
analisis di atas, misalnya dengan bertanya: Bagaimana keadaan sekarang
bisa diterangkan secara historis? Apakah ada periode, peristiwa-peristiwa
dan saat-saat peralihan yang sangat penting? Apakah ada dinamika
perkembangan tertentu dalam masing-masing bidang atau masyarakat
keseluruhan? Ke arah masa depan tendensi apa saja yang terasa dan sudah
tampak?
- Menyusun
rangkuman hasil analisis.
- Meninjau
kembali dan menyoroti
secara kritis premis-premis nilai yang ada. Sebagai titik tolak dapat
diajukan pertanyaan seperti:
-
Bagaimana saya mengalami
kenyataan yang dianalisis itu?
-
Bagaimana saya
mengartikan dan menilainya?
-
Dimana tempat saya dalam
kenyataan itu?
-
Keputusan: Apa yang bisa
dibuat? Apa yang akan kita buat?
- Menarik
beberapa kesimpulan tentang apa yang ingin dan bisa diusahakan secara
perorangan atau bersama-sama. Dalam menyusun suatu kebijakan atau
program kerja perlu diperhatikan “apa yang dapat dijangkau”, mengingat
bermacam-macam hambatan yang selalu ada. Perlu juga perencanaan dengan
strategi yang hendak ditempuh, prioritas-prioritas serta operasionalisasi
dari semua itu.
- Evaluasi, Sejauh mana tindakan yang diambil berhasil? Apa
yang dicapai? Apa yang tidak berhasil? Mengapa ada kegagalan? Apakah ada
kesalahan dalam analisis? Ataukah dalam perencanaan? Ataukah dalam
pelaksanaan?
- Ruang Lingkup
Analisa Sosial
Ruang lingkup analisa sosial meliputi:
-
Birokrasi
Birokrasi yang secara etimologis berarti 'kekuasaan di
belakang meja' atau meminjam definisi Lance Castle adalah "orang-orang
digaji yang berfungsi dalam pemerintahan". Dalam kacamata awam birokrasi
adalah aparat pemerintah (pegawai negeri), yang dalam jargon Korpri sebagai
abdi negara (yang melayani negara) bukan sebagai abdi rakyat (civil servant)
yang melayani masyarakat.
Dalam melakukan analisa sosial, birokrasi menjadi ruang
dimana kebijakan – kebijakan yang diputuskan harus di control. Karena birokrasi
memiliki hubungan dengan kepentingan orang banyak (masyarakat) sehingga perlu
adanya sebuah pengawasan agar ttidak terjadi penyalagunaan kebijakan
-
Institusi
Institusi adalah suatu alat yang digunakan manusia
sebagai batasan dalam berinteraksi antar sesama manusia. Batasan ini bisa
berupa aturan formal (sistem kontrak, undang – undang, hukum, regulasi) dan
aturan informal (konvensi, kepercayaan dan norma sosial dan budaya) beserta
aturan penegakan (enforcement) yang memfasilitasi atau membentuk perilaku
(behaviour) individu atau organisasi di masyarakat
-
Sistem
-
Publik
Untuk ansos sendiri apa yang dipahami dulu sebelum membawakan materinya
ReplyDelete